Hadeging Ratu itu Artinya Adalah Apa? – Kata atau istilah Hadeging Ratu saat ini sedang banyak di perbincangkan di media sosial.
Istilah “Hadeging Ratu” berasal dari bahasa Jawa Krama Inggil. Adapun kata ini memiliki arti yang mendalam, waspadalah:
“Hadeging” (dari kata dasar hadeg) berarti berdiri, atau dalam konteks yang lebih luas, pendirian atau berdirinya.
“Ratu” memiliki arti Raja, Raja Wanita, atau dalam konteks yang lebih spesifik, Keraton atau Istana sebagai pusat kekuasaan.
Arti Hadeging Ratu
Lalu apa sebenarnya arti Hadeging Ratu tersebut? Hadeging Ratu artinya adalah Berdirinya Keraton atau Pendirian Raja/Raja Baru.
BACA JUGA: Arti Hopeng dalam Bahasa Gaul Cina Batak Adalah Apa? Cek INFO
Dalam konteks sejarah dan budaya Jawa, terutama yang berkaitan dengan Keraton Surakarta Hadiningrat dan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, istilah ini sering kali merujuk pada momen pendirian sebuah Kerajaan atau Keraton sebagai entitas politik dan budaya.
Di Keraton Surakarta, misalnya, dikenal adanya upacara Wilujengan Hadeging Keraton yang merupakan ritual selamatan untuk memperingati hari berdirinya keraton tersebut.
Ritual ini melambangkan harapan akan kekokohan dan kelestarian keraton yang di dukung oleh “empat penjuru” (kiblat papat).
Sementara itu, di Kasultanan Yogyakarta, peristiwa penting berdirinya Kesultanan sering di sebut sebagai Pengetan Hadeging Nagari atau Hadeging Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat.
“Nagari” juga memiliki arti “negeri” atau “kerajaan”. Peringatan ini merujuk pada proklamasi berdirinya kerajaan baru oleh Pangeran Mangkubumi (yang kemudian menjadi Sri Sultan Hamengku Buwono I) setelah Perjanjian Giyanti pada tahun 1755.
Kesimpulan
Hadeging Ratu adalah istilah Jawa yang bermakna Berdirinya Keraton atau Pendirian Raja/Raja Baru.
Kata ini tidak hanya merujuk pada aspek fisik pendirian bangunan istana, tetapi juga pada momen bersejarah dan sakral berdirinya sebuah kerajaan atau kekuasaan yang sah (legitimasi).
Perayaan Hadeging Ratu/Nagari merupakan salah satu tradisi terpenting yang bertujuan untuk mengenang awal mula kerajaan, memohon keselamatan, dan meneguhkan kembali identitas serta fondasi spiritual kekuasaan di Jawa.












